Kamis, 29 Januari 2009

Kelemahan Kita Hanya Satu

Kelemahan Kita Hanya Satu

Sudah tiga pertarungan di kandang, Garuda belum juga mampu menetaskan telornya. Dalam tiga laga terakhir di Senayan, tim nasional Indonesia gagal menceploskan sebiji gol pun ke gawang lawan. Setelah kalah 0-2 dari Singapura dan dilibas 0-1 Thailand di Piala AFF, hasil mandul gol berlanjut dalam penyisihan Grup B Piala Asia kala ditahan tim kanguru Australia 0-0.

Australia memang tim dengan nama besar yang menembus dua Piala Dunia terakhir. Namun, tim yang datang ke Jakarta ini bukanlah kanguru yang sebenarnya. Tak ada nama pemain-pemain yang selama ini merumput di Liga Eropa macam Mark Schwerzer, Harry Kewell, Lucas Neil, Tim Cahill dan Mark Bresciano.

Mereka yang bertandang ke Jakarta “hanya” pemain A-League –liga domestik Australia yang mengaku, “Kami belum pernah bermain satu sama lain. Selama ini kami hanya sering bertanding satu sama lain.” Aussie lebih memilih berkonsentrasi melanjutkan kampanye menuju Piala Dunia 2010, dengan pertandingan terdekat di Jepang, 10 Februari mendatang.

Sebagai “bukti ketidakseriusan mereka”, Australia datang ke Indonesia dengan gelombang pemain dalam empat kelompok terbang. Alasannya, sebagian di antara mereka masih main di A-League hingga akhir pekan kemarin, Sementara Indonesia ? Kompetisi Liga Super telah diliburkan sejak November, untuk mendukung Pelatnas tiga bulan menghadapi Piala AFF dan kualifikasi Piala AFC ini.

Tapi, jangan lupa. Di antara sedikit pemain senior The Soceroos yang ikut ke Indonesia, ada nama Archie Thompson. Pemain klub Melbourne Victory ini merupakan pemegang rekor dunia untuk pencetak gol terbanyak dalam satu pertandingan. Dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2002 saat Aussie mencukur Samoa 31 gol tanpa balas, 11 April 2001 di Coffs Harbour, Thompson memborong 13 gol.

Benny Dolo tetap bersyukur meski timnya kembali gagal mencetak gol pasca melakukan beberapa eksperimen; menarik Boas Salossa, dan memasukkan Elie Aiboy maupun Bambang Pamungkas. Padahal, ketika sepakbola diperkenalkan oleh kaum Yunani Kuno dan Romawi pada 388 hingga 311 Sebelum Masehi, tujuannya adalah untuk memberi tontonan berupa gol. Tak salah saat kompetisi profesional Liga Jepang alias J-League mulai digelar pada awal 1990-an, pertandingan itu diharuskan menghasilkan gol dan mesti ada yang menang. Jika penonton masih disuguhi hasil seri hingga menit 90 usai, maka harus digelar adu penalti.

Jadi, sebagai bangsa yang mudah berpuas diri, hasil seri sudah dianggap sebagai prestasi. Kesimpulan pertandingan melawan tim besar Australia digarisbawahi Om Benny dalam sesi jumpa pers, “Tim kita sudah bermain bagus, Kelemahan kita hanya satu: tidak bisa mencetak gol.”

Jumat, 16 Januari 2009

Menunggu Setan Mampir Jakarta

By Jojo Raharjo

Di sela semakin kencangnya persaingan dua tim merah merebut tahta Liga Premier Inggris, berhembus kabar Manchester United akan mengunjungi Indonesia dan bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 24 Juli mendatang.

Spontan, banyak respon terlontar atas rencana ini. Seorang rekan yang menjadi pendukung berat klub itu jauh-jauh hari kirim pesan pendek dari sebuah pelosok kampung di Jawa Tengah, minta dipesankan selembar tiket.

Namun, aneka respon unik justru datang dari karib-karib saya, sesama pendukung Liverpool, yang selama ini dikenal sebagai seteru abadi Munyuk United –begitu kami lebih suka menyebut nama klub berlogo setan merah menggenggam garpu raksasa itu:

“Memalukan, itu.”

“Ah, paling karena tidak bisa juara, lalu mereka pengen menang besar lawan Persija..”

Di mailing list Big-Reds, organisasi resmi pencinta Liverpool di Indonesia, komentar-komentarnya amat kreatif:

“Kalau kita juara ada kepikiran bikin spanduk yang bener-bener gede.. Itu lho Quotenya Bill Shankly 'If You are First then you are first, if you are
second, then you are nothing' dan ada gambar Shankly.. Karena ini pastinya diliput ama media-media Inggris sono, yg kemungkinan spanduk
itu bakal jadi spanduk of the match hehehe..”

“Gue ada ide cemerlang nihh. Gimana kalo kita tetap ke GBK,
Kita kesana...nyanyi - nyanyi semuaaaa Liverpool Song yang terkenal
ituuu.. kalo bisa kita ngumpul di tribun paling atas semuaaa........biar suaranya menggema...murah lagi kan ? pas mereka datang msk lapangan.....kita langsung nyanyi : manchester is full of sh*t.....”

“Wahh, kalo saya .maaf dehh, daripada liat mereka itu di GBK... mending uangnya saya kasikan ke pengamen jalanan. Mudah2an Anfield Gank akan kesini, kapan-kapan! Hehee.... Kalau ngga, saya yang akan ke sanaa!!!

“Kita harus juara dulu lalu apapun yg nanti Big Reds lakukan saat munyuk dateng, hasilnya dijamin INDAH.....kita bisa nyanyi2 di GBK, pawai sepanjang jalan lewatin rute yg di lewati mereka,atau selebrasi di depan mu cape....atau apalah.....imagine that!! would be a greatest day of our life…”

Sejak lama memang persaingan dua tim ini menjadi melegenda di kancah Liga Inggris. Ya, kesebelasannya, ya supporternya. Di tingkat tim, transfer pemain antar kedua kubu menjadi hal yang diharamkan. Jangankan transfer, pemain saling tukar kaos usai pertandingan aja menjadi hal yang langsung dibenci para pendukung fanatiknya.

Di tingkat pendukung (baca: die hard supporter) lebih lagi. Ada teman yang pernah tidak masuk kuliah sepekan gara-gara malu usai timnya kalah oleh rivalnya itu. Sebuah aib besar.

Dan, persaingan itu menjadi nyata saat kali ini Liverpool begitu digdaya. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang hanya berebut posisi empat untuk mengamankan tiket ke Liga Champions, kini Liverpool bersiap menorehkan sejarah baru menjadi juara Liga Inggris ke-19. Saingan beratnya, ya Munyuk United tadi. Persaingan kian seru karena dibumbui rekor sejarah kedua tim. Liverpool sudah 18 kali juara, sedangkan MU mengantongi 17 gelar.

Pekan lalu, saya menjadi tampak begitu loyo di hari Minggu siang. Isteri saya pun memberi teguran keras karena sepanjang hari libur saya banyak menguap. Saya jawab, “Lha kan semalam liat bola…” Meski tidak berlangganan teve kabel lagi, saya menyaksikan perjuangan Fernando Torres dan kawan-kawan menambah poin demi poin lewat tayangan internet streaming. Kebetulan pekan lalu pertandingan digelar pada dini hari.

“Alah… emang Liverpool itu tuhanmu?” balasnya menampik dalih ngantuk saya itu.

Dalam batin, saya menjawab, tentu Liverpool bukan Tuhan saya. Tapi saya yakin, Tuhan pun tak rela kalau setan kembali menjadi juara Liga Inggris tahun ini. Sama seperti bunyi status Yahoo Messenger saya beberapa hari terakhir, menyitir lirik lagu Dewi Lestari: “Malaikat Juga Tahu Siapa Juara BPL Musim Ini.”

Iya, malaikat juga tahu siapa yang jadi juara… dan mereka juga tak rela kalau setan itu lagi yang jadi juara.

You’ll Never Walk Alone..