Minggu, 26 April 2009

Sepakbola Tanpa Fair Play?

Jojo Raharjo

Sebuah spanduk pembakar semangat terpampang di sisi gawang selatan saat Arema Malang menjamu Persija Jakarta dalam lanjutan Liga Super Indonesia di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang , 26 April petang. Spanduk itu bukan berisi motivasi khusus dari Aremania kepada tim “Singo Edan”. Tapi, hanya sebaris kalimat yang amat lazim dalam sepakbola, “Fair Play, Please!”

Bukan tanpa alasan Aremania memasang peringatan itu. Empat hari sebelumnya, Arema gagal memetik poin penuh di Bontang dan ditahan PKT 1-1 lewat cara yang menyakitkan. Unggul 1-0 hingga sepuluh menit jelang usai pertandingan, Arek-arek Malang mesti menelan kekecewaan di menit ke-82.

Bola fair play yang seharusnya diberikan pemain PKT kepada Arema justru menjadi gol penyeimbang kedudukan. Awalnya, kiper Arema, Kurnia Mega terganggu penglihatannya akibat pasir lapangan yang menutup matanya. Wasit Yandri yang memimpin jalannya pertandingan memberi isyarat meminta ia membuang bola. Oleh Mega bola dilempar ke arah area bangku pemain PKT (sebelah kiri gawangnya). Bola jatuh persis di depan bangku cadangan PKT.

Di saat Mega masih membersihkan matanya, striker PKT Iswanto langsung melemparkan bola ke Titus Bonai. Seharusnya oleh Titus bola itu dibuang lagi atau diberikan kepada pemain Arema. Tetapi oleh Bonai, bola itu langsung dioper ke Zebba, dan oleh Zebba langsung menjebol gawang Mega. Padahal saat itu Mega masih belum siap. Protes dilayangkan, tapi gol dan skor 1-1 tak berubah.

Tak disangka, Minggu malam kemarin, Arema membalaskan sakit hatinya. Bola fair play yang harusnya diberikan kepada Persija justru dilesakkan striker Arema Boustone Brown ke jala Hendro Kartiko. 2-1 untuk Arema dalam partai yang berlangsung antara 11 pemain Arema dan 10 pemain Persija paska kartu merah bek tim Macan Kemayoran asal Kemayoran, Pierre Djanka.

Baik pemain maupun ofisial Persija protes, tapi wasit tak bisa menganulir gol, karena fair play memang tidak tercantum dalam aturan sepakbola secara tertulis, kecuali sebagai kode etik tahu sama tahu saja. Stasiun ANTV yang menayangkan langsung pertandingan Arema lawan Persija menyorot jelas kekecewaan dan teriakan pelatih Persija, Danurwindo yang berseru “Fair Play!!!” Beruntung, Persija tak jadi kalah karena di menit akhir, Fabio Lopez menyamakan kedudukan 2-2 yang bertahan hingga pertandingan kelar.

Di manakah fair play dalam sepakbola Indonesia ? Apakah ini imbas iklim sepakbola menghalalkan segala cara yang dilakukan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid yang memaksakan bertahan di tahtanya meski pernah menjadi kriminal dan menyalahi aturan FIFA? Statuta FIFA pun diubahnya demi langgengnya kekuasaan hingga 2011. Jadi, di mana fair play PSSI, di mana fair play sepakbola Indonesia ?