Senin, 01 Februari 2010

Skenario

Jojo Raharjo

Apa yang ada di pikiran Anda kalau hidup ini ternyata sudah ada skenarionya, dan skenario itu bisa dibukakan sekarang, tanpa harus menunggu semuanya benar-benar terjadi? Ini bukan kemampuan lebih atau weruh sakdurunge winarah, tapi memang seandainya Anda benar-benar memiliki otoritas untuk mengetahui skenario kehidupan.

Begini misalnya, kita bicara sepakbola. Arema Malang (kini dikenal sebagai Arema Indonesia) sukses menjadi juara putaran pertama Super Liga Indonesia, sekaligus membuka separuh jalan memuaskan dahaga pencinta sepakbola Malang untuk meraih gelar juara kasta tertinggi sepakbola yang tak pernah direngkuh sejak 18 tahun silam.

Selain sukses jadi pamuncak sampai putaran pertama berakhir, Arema mengukir prestasi sebagai tim dengan jumlah penonton terbanyak di Liga Super. Seluruh pertandingan kandangnya di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, dihadiri lebih dari 20 ribu orang, bahkan berkali-kali menembus angka 30 ribu pasang mata dan menembus pendapatan 1,3 milyar rupiah saat derby Malang berlangsung (10/1). Dua rekor pendapatan terbanyak laga kandang Arema lainnya dicatat saat menjamu Persiba (24/1) Rp 975 juta dan Sriwijaya Rp 765 juta.

Tapi, celaka dua belas, siang hari sebelum saya menulis catatan ini, ada sebuah catatan sepakbola di Facebook yang ditulis seorang wartawan senior. Salah satu alineanya mengagetkan saya berbunyi “Terlalu banyak ‘dosa-dosa’ para pengurus PSSI saat ini (2003 – 2010) yang diperbuat, Dari pengaturan skor, mafia wasit serta jual beli gol, dan jual beli klub yang tidak sesuai aturan. Bahkan, sudah ada kabar buruk, kalau kompetisi Super Liga Indonesia 2009-2010 saat ini, juaranya Arema Malang.

Bahkan, anggota Divisi Utama yang sudah dipastikan masuk ke jajaran Super Liga Indonesia 2010-2011 adalah Deltras Sidoarjo dan Persidafon Dafonsoro/ Perseman Manokwari atau Persiram Raja Ampat. Kalau ini benar-benar terjadi, sungguh-sungguh memalukan, menyesatkan dan perlu saatnya kompetisi di Indonesia di semua lapisan dibubarkan dulu saja. Karena, buat apa ada kompetisi kalau para juaranya sudah mendapat ‘arisan’ dari para pengatur yang di dalam jajaran pengurus ‘kartel’ PSSI saat ini.”

Ehm, bagaimana Anda membaca tulisan itu? Entah benar atau tidak, kita belum mengetahuinya sampai kompetisi Super Liga berakhir Juni nanti. Tapi, beberapa fakta pada musim sebelumnya bisa membenarkan kalau ada pengaturan pertandingan (bahkan lebih parahnya pengaturan kompetisi) dalam sepakbola Indonesia. Terlalu panjang, dan juga tidak etis, untuk ditulis di sini. Lebih baik kita kembali ke topik awal saja.
Rasanya akan lebih baik dalam hidup ini bila kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Setidaknya, hal itu akan mendorong kita untuk berbuat yang terbaik. Tapi, sesungguhnya kalau tahu skenario itu berbuah “happy ending” sebenarnya juga bisa bermanfaat, asal diambil positifnya yakni kerja lebih keras, dan bukan malah bersantai karena mengira semua akan selesai dengan indah.

Ingat kan, kisah dua rang guru yang harus menangani dua kelas berbeda. Sebelum memegang kelas selama setahun itu, Guru A sudah diberitahu bahwa murid-muridnya adalah para pelajar terpintar di kota itu. Sebaliknya, Guru B mendapat catatan bahwa anak asuhnya adalah murid terbodoh dan ternakal. Maka, sepanjang tahun, Guru A memperlakukan murid-muridnya begitu istimewa, sementara Guru B di kelas lain, mengajar murid-muridnya dengan malas dan menganggap mereka memang manusia-manusia paling bego di dunia ini.

Hasilnya, di akhir tahun ajaran, murid-murid di kelas A mendapat prestasi tertinggi sepanjang sejarah sekolah itu, sementara seluruh murid kelas B rapornya terbakar angka merah. Hingga kemudian, kepala sekolah datang menyampaikan fakta terbalik: bahwa sebenarnya murid-murid yang pintar ada di kelas B, dan gabungan siswa nakal dan paling lemah otaknya ada di kelas A. Mengapa hasilnya terbalik? Tak lain karena sugesti yang diberikan para huru, setelah mereka mengetahui skenario berdasarkan latar belakang para murid itu.

Jadi, marilah kita berbuat dengan semaksimal mungkin dalam hidup ini. Di manapun lahan profesi memanggil kita. Sebagai profesional, olahragawan, pegawai negeri, pelajar, ibu rumahtangga atau apapun. Perkara bagaimana hasilnya, itu urusan nanti. Mari kita menganggap yang terjadi adalah skenario terbaik, sehingga kalau memang Tuhan mengizinkan yang terbaik itu jadi, orang tidak melihatnya sebagai sebuah ‘rekayasa’ dalam konotasi buruk. Seperti tudingan bahwa Arema akan juara karena keinginan PSSI. Atau Deltras Sidoarjo kembali ke kasta tertinggi sepakbola karena balas jasa petinggi PSSI atas tragedi lumpur panas, serta tim asal Papua naik pangkat karena kuat membayar sogokan besar.

Apapun itu, di manapun itu, mari bekerja dan berbuat terbaik, mewujudkan skenario yang kita pancangkan sedahsyat mungkin.

1 komentar:

  1. waww...kalo ada skenario itu dan bocor pasti yang rugi bandar judinya kali ya..hehehe.
    Sebagai arema saya percaya kemenangan di ISL adalah kemenangan karena usaha dan kerja keras dari pelatih dan seluruh tim. Robert sang pelatih pun percaya bahwa kemenangan adalah buah dari kerja keras. untuk itu diapun mendedikasikan kemenangan bagi arema, aremania dan keluarga serta teman dekatnya.
    otak atik gathuk dan mathuk selalu jadi ilmu warisan jawa. segala kemungkinan akan selalu digathukkan dengan kenyataan. tapi alangkah baiknya jika ada bukti untuk skenario itu. tanpa bukti, than i will hold on to what i see.
    hidup sportifitass!!!

    BalasHapus