Senin, 10 Oktober 2011

Bungkam Qatar!

*Preview Indonesia vs Qatar

Ball Possession, Ofensif, Main Sederhana namun Kreatif. Itu adalah kunci bagi Tim Nasional (Timnas) Indonesia untuk menaklukkan Qatar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Selasa (11/10).

Sejak ditunjuk untuk menangani Timnas, pelatih Wilhelmus “Wim “ Gerardus Rijsbergen telah melontarkan ide untuk merombak performa Hamka Hamzah dkk. Idealnya, Rijsbergen ingin Skuad Garuda tampil seperti klub Spanyol yang juga juara bertahan Liga Champions Eropa Barcelona, atau timnas negeri asalnya, Belanda.

Namun, mewujudkan keinginan itu tak semudah membalikkan tangan. Dua kekalahan di laga awal Grup E Pra Piala Dunia 2014 Zona Asia melawan Iran dan Bahrain adalah buktinya. Secara tim, Indonesia masih banyak kelemahan. Mental dan fisik para pemain mutlak dibenahi. Begitu pula secara permainan. Mereka mudah sekali kehilangan bola sehingga lawan leluasa mendominasi permainan.

Hal itu belum ditambah dengan konflik internal antara pelatih dan pemain. Kritik pedas dari para pengamat maupun pencinta fans sepak bola Indonesia juga ditambah dengan munculnya kasus Boaz Salossa dan Ricardo Salampessy, dua pemain Persipura Jayapura yang dituding mbalelo.

Namun perlahan, buah kerja keras Rijsbergen dan tim pelatih timnas mulai terlihat. Kombinasi antara pemain muda dan senior di starting eleven tampak padu. Itu tersirat dari laga uji coba terakhir melawan tim kuat Asia, Arab Saudi, pekan lalu.

Tim yang merupakan langganan putaran final Piala Dunia bersama Korea Selatan dan Jepang ini memang masih satu level di atas Skuad Garuda. Namun kolektivitas dan soliditas permainan Timnas memaksa The Green Eagles harus puas dengan skor akhir 0-0.

Ya, sentuhan taktik sang Meneer mulai terasa dampak positifnya. Pola 4-3-3 yang bermetamorfosa menjadi 4-2-3-1 cukup efektif meredam permainan Arab Saudi. Menempatkan Hamka Hamzah yang berpostur tinggi sebagai gelandang bertahan, untuk membantu kinerja Ahmad Bustomi menghadang serangan lawan, jadi kunci solidnya pertahanan Indonesia.

Hal ini tak tampak ketika Timnas dipecundangi Iran dan Bahrain. Pemain lawan yang lebih unggul dalam segi postur tubuh pun memperburuk kans para pemain Skuad Garuda dalam duel udara atau memotong umpan-umpan panjang dari sektor pertahanan lawan. Namun melawan Arab Saudi yang dilatih Frank Rijkaard, mantan pelatih Barcelona, perubahan taktik dan meningkatnya disiplin pemain jelas meminimalkan ancaman ke gawang Indonesia.

Miripnya gaya permainan tim-tim Timur Tengah yang berkiblat ke Amerika Selatan, termasuk Iran, Bahrain, dan Qatar, membuat pelajaran yang dipetik dari laga versus Arab Saudi berpotensi menghasilkan dampak positif pada laga di SUGBK, Selasa (11/10) malam. Fans sepak bola Indonesia boleh kembali bermimpi. Mimpi untuk bangkit dan menerobos celah yang ada untuk lolos dari kualifikasi grup.

Memang, hasil imbang melawan Arab Saudi tak lantas menjadikan Skuad Garuda bakal mampu mengatasi permainan Qatar dengan mudah. Mengapa? Fighting spirit Arab Saudi, yang masih satu level di atas timnas, tidak begitu intens mengingat laga di Stadion Shah Alam, Selangor, Malaysia, Jumat (6/10) malam itu hanyalah laga persahabatan.

Namun, variasi taktik di laga tersebut bisa diterapkan kala berjibaku melawan Qatar. Bukan hanya itu. Rasa percaya diri pemain yang sempat sirna usai dua kali menelan kekalahan kini telah kembali. Hal ini sangat penting karena Indonesia butuh poin penuh untuk memelihara peluang lolos.

Karenanya, pola permainan ofensif mutlak diterapkan Timnas melawan kala menjamu The Maroon. Ball possession lawan harus diminimalisasi dengan melakukan pressing ketat. Dengan demikian, Qatar bakal kesulitan mengembangkan permainan.

Sebaliknya, setiap pilar Skuad Garuda pun tak perlu terlalu lama menguasai bola. Bermain sederhana dengan koordinasi antarlini yang padu bisa membuat Timnas menipiskan kans kehilangan bola dalam permainan. Selain itu, bermain fokus dan lugas dengan tiki-taka serta variasi permainan di lini tengah akan membuat Timnas mudah mencari celah untuk menusuk pertahanan Qatar.

Di lain pihak, kekuatan tim asuhan Sebastiao Lazaroni tak berbeda jauh dengan dua lawan Indonesia sebelumnya. Hal itu terbukti dengan dua hasil seri menghadapi Iran dan Bahrain. Mereka pun memiliki bebarapa pemain naturalisasi, salah satunya adalah striker Sebastian Soria. Sama seperti Christian Gonzales, Soria juga pemain asal Uruguay. Selain Soria, pemain lokal yang juga kapten tim Qatar, Bilal Mohammed Rajab yang bisa bermain sebagai bek dan gelandang merupakan kunci soliditas permainan The Maroon.

Namun, Qatar bukan tim tangguh yang tak bisa kita kalahkan. Indonesia bisa mencontoh sukses Vietnam yang mampu mengalahkan Qatar di babak kualifikasi sebelumnya. Seharusnya, Indonesia pun bisa melumat Annabi di SUGBK. Lupakan carut marut persiapan kompetisi Tanah Air. Lupakan konflik internal. Selasa malam di SUGBK fans dan Timnas harus bersatu untuk meraup poin penuh atas Qatar!

Perkiraan Pemain
 INDONESIA: Made Wirawan; Zulkifly, M Roby, Wahyu Wijiasnanto, Nasuha; Hamka Hamzah, Ahmad Bustomi; Irfan Bachdim, M Ilham, Boaz Salossa/Ferdinand Sinaga, Christian Gonzales
QATAR: Qasem Burhan; Bilal Rajab, L Quaye, M Kasoula, I Majid; J Marcone Ameral, H Aly, M Omer Hussein; M El Sayed, S Soria, H Ismeil

HEAD TO HEAD
18-07-2004 Piala Asia Indonesia vs Qatar 2-1
24-04-1993 Pra Piala Dunia Indonesia vs Qatar 1-4
09-04-1993 Pra Piala Dunia Qatar vs Indonesia 3-1
04-10-1988 Pra Piala Dunia Indonesia vs Qatar 1-4
02-10-1988 Pra Piala Dunia Indonesia vs Qatar 0-1

LIMA LAGA TERAKHIR INDONESIA
07-10-2011 Persahabatan Indonesia vs Arab Saudi 0-0
06-09-2011 Pra Piala Dunia Indonesia vs Bahrain 0-2
02-09-2011 Pra Piala Dunia Iran vs Indonesia 3-0
28-08-2011 Persahabatan Yordania vs Indonesia 1-0
22-08-2011 Persahabatan Indonesia vs Palestina 4-1

LIMA LAGA TERAKHIR QATAR
06-09-2011 Pra Piala Dunia Qatar vs Iran 1-1
03-09-2011 Pra Piala Dunia Bahrain vs Qatar 0-0
26-08-2011 Persahabatan Uni Emirat Arab vs Qatar 3-1
20-08-2011 Persahabatan Qatar vs Irak 0-1
28-07-2011 Pra Piala Dunia Vietnam vs Qatar 2-1

KLASEMEN SEMENTARA GRUP E
PRA PIALA DUNIA 2014 ZONA ASIA
1. Iran 2 1 1 0 4-1 4
2. Bahrain 2 1 1 0 2-0 4
3. Qatar 2 0 2 0 1-1 2
4. Indonesia 2 0 0 2 0-5 0

HASIL LAGA GRUP E
02-09-2011 Iran vs Indonesia 3-0
03-09-2011 Bahrain vs Qatar 0-0
06-09-2011 Qatar vs Iran 1-1
06-09-2011 Indonesia vs Bahrain 0-2

Andri Cahyono

Minggu, 10 Juli 2011

Selamat Bekerja di PSSI, Profesor!

Kepemimpinan baru PSSI terbentuk. Segerobak harapan dan tugas menanti.


Bukan tanpa alasan pelatih Arsenal Arsene Wenger mendapat julukan “The Professor”. Pria 61 tahun itu memegang gelar sarjana elektro dan master ekonomi dari University of Strasbourg, Perancis, serta fasih berbahasa asing, antara lain Inggris,Spanyol, Italia, dan Jepang. Lebih 15 tahun mengabdi, Profesor Wenger menjadi manajer terlama yang membesut Arsenal dan mencatatkan diri sebagai orang non British pertama peraih gelar dobel bagi klubnya pada 1998 dan 2002.

Tak beda dengan Wenger yang telah mempertaruhkan kejeniusannya di lapangan hijau, kini tantangan sepakbola Indonesia juga berada di tangan seorang profesor. Ini setelah Djohar Arifin Husin, peraih doktor (Ph.D) bidang perencanaan kota & wilayah Universiti Malaya, Malaysia resmi menjadi nahkoda baru PSSI .per 9 Juli 2011 melalui kongres luar biasa di Solo.

Djohar memegang amanat besar, terutama setelah organisasi sepakbola yang paling banyak digandrungi masyarakat tanah air ini mengalami krisis kepemimpinan lebih dari 7 tahun. Djohar memikul beban berat di tengah tekad besar perubahan negeri ini, sebagaimana dikatakannya dalam wawancara dengan sebuah radio berita, bahwa ia membawa “segerobak tugas” untuk membawa PSSI ke arah lebih baik.

Tak seperti ketua-ketua umum PSSI sebelumnya, Djohar bukanlah militer. Bukan pula pengusaha tajir. Di masa mudanya, pria 51 tahun kelahiran Tanjungpura, Sumatera Utara ini tercatat sebagai pemain PSL Langkat dan PSMS Medan, kemudian menjadi wasit, pelatih bersertifikat S3, inspektur pertandingan, hingga Sekjen KONI Pusat di era kepemimpinan Agum Gumelar.

Kini, Djohar –yang pernah menjadi pelatih tim nasional timnas mahasiswa ke POM Asean di Singapura 1994 dan manajer tim nasional PSSI dalam uji coba ke Myanmar 2003- diharapkan dapat mengimplementasikan segudang pengalamannya itu. Setidaknya, ia bukan berasal dari kubu yang dianggap mewakili status quo. Apalagi Djohar bakal berduet dengan Farid Rahman, yang dikenal memiliki pengalaman manajerial andal.

Farid (53) kini menjabat Komisaris Bank Saudara, dan sebelumnya duduk sebagai direktur bank yang berada di bawah naungan Grup Medco itu sejak 1994 hingga 26 Mei 2011. Farid merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan memperoleh gelar MBA dari Golden Gate University, San Francisco, Amerika Serikat.

Di bidang olahraga, Farid masih memegang posisi Sekjen Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia.Kini, tinggal menunggu, siapa yang bakal duduk di kursi sekjen mendampingi duet pemimpin baru PSSI ini.

Bersama duet Djohar-Farid, ada 9 hulubalang yang bertindak sebagai komite eksekutif, yakni pengusaha Sumut pemilik klub Produta serta Medan Chief Erwin Sitorus, Ketua Pengcab PSSI Samarinda Erwin Dwi Budiawan, Ketua Pengda PSSI Jabar Toni Aprilani, Ketua Pengda PSSI Jatim La Nyalla Matalitti, Walikota Banda Aceh Ketua Persiraja Mawardi Noerdin, Manajer Persepar Kalimantan Tengah Tuty Dau, Ketua Pemua Pancasila DKI Roberto Rouw, CEO PT Semen Padang Widodo Santoso dan mantan pemain timnas Bob Hippy.

Di tangan merekalah kekuatan baru PSSI bertumpu. Prakualifikasi Piala Dunia 2014 dan Sea Games akhir tahun ini menjadi batu loncatan pertama (saya tak mau menyebut sebagai taruhan, tapi milestone). Semoga, harapan lebih 220 juta penduduk Indonesia tak hilang diterpa angin. Selamat bekerja profesor, buktikan anda sebagai Arsene Wengernya Indonesia..

*Tulisan ini adalah pendapat pribadi

Minggu, 03 Juli 2011

Kembalikan Timnas sebagai sekumpulan pemain terbaik Indonesia.


Pelatih Tim Nasional Indonesia, Alfred Riedl mengumumkan 25 pemain Timnas Pra Piala Dunia 2014 dan 25 pemain Timnas U-23 untuk gelaran Piala AFF Junior. Berita besarnya kembali menyorot ogahnya Riedl memanggil pemain ber-KTP Liga Primer Indonesia (LPI). Termasuk Irfan Bachdim.

Produk LPI tak hanya Irfan Bachdim, selebritis bola kita yang selalu jadi sasaran utama kamera, tapi juga sederet nama lain. Ada Kim Jefry (Persema), Syamsul Arif (Persibo), Sansan Fauzi, Hendra Bayauw (Jakarta FC), Rendy Kurniawan, Taufik, Andik Vermansyah (Persebaya), dan nama-nama lain.

Alasannya tegas: LPI belum diakui oleh PSSI –dan FIFA tentunya. Bahasa kerasnya lagi: LPI ilegal. "Pemain-pemain seperti Irfan Bachdim dan Kim Jeffrey akan mendapat kesempatan yang sama jika status LPI sudah jelas," kata Wolfgang Pikal, pria asal Austria yang kembali menjadi asisten Riedl.

Tentu ini sebuah vonis yang menyakitkan bagi LPI, yang saat ini tengah dalam proses duduk semeja dengan Komite Normalisasi. Bahkan, LPI sampai menunda perhelatan putaran keduanya begitu lama, dari rencana Juni menjadi September nanti. Selain menunggu bulan puasa dan Lebaran lewat, faktor utamanya tak lain karena menanti hasil Kongres PSSI dan keabsahan mereka.

Atas belum jelasnya status pemain LPI, Riedl mengaku siap mengubah keputusannya setelah Kongres 9 Juli mendatang. Dengan demikian, jika kongres menghalalkan LPI, maka para pemain produk LPI bisa dipanggil tampil dua melawan Turkmenistan, 23 dan 28 Juli nanti.

Yang lucu lagi, Deputi Bidang Teknis BTN, Iman Arif menegaskan pemanggilan untuk timnas senior dan U-23 diundur, dari jadwal semula 3 Juli, menjadi setelah kongres PSSI. “Pemanggilan ini juga menunggu hasil Kongres 9 Juli mendatang,” kata Iman.

Belajar pada Sejarah

Tim nasional Indonesia dan organisasi PSSI menang tak bisa dipisahkan. Tapi, seharusnya urusan tim nasional tak harus terkait dengan, sedikit-sedikit, menunggu hasil kongres. Namanya Timnas Indonesia adalah gabungan pemain terbaik ber-KTP Indonesia, di manapun ia bermain.

Jangan sampai kisah Piala Dunia 1938 –yang dalam beberapa kesempatan kita bangga-banggakan itu- terulang lagi. Hingga saat ini, itulah satu-satunya kesempatan Indonesia tampil di supremasi sepakbola tertinggi dunia. Padahal, tim yang berangkat ke Perancis itu merupakan tim boneka bentukan pemerintah Hindia Belanda, dan bukan tim Indonesia sebenarnya. Indonesia yang tampil dalam sejarah Piala Dunia adalah Indonesia abal-abal.

Pengiriman kesebelasan Nederlandsche East Indies pada Piala Dunia 1938 sempat menjadi masalah. Pasalnya, NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Indonesia bersitegang dengan PSSI yang sudah berdiri sejak April 1930. PSSI yang saat itu masih dipimpin pendirinya, Ir. Soeratin, ingin agar pemain PSSI yang dikirimkan ke Perancis.

Namun, akhirnya yang dikirimkan adalah kesebelasan berbendera NIVU, karena PSSI belum diakui FIFA. Pemain-pemainnya pun bukan pemain PSSI, tapi mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda.
Sekali bertanding, langkah kesebelasan Hindia Belanda hanya sampai di babak penyisihan, karena dipertandingan pertama dikalahkan oleh Hungaria dengan skor 0-6. Hungaria sendiri akhirnya sampai di partai puncak, meski hanya mampu menjadi runner up karena dikalahkan Italia yang menjadi juaranya.

Timnas adalah tim terbaik berisi pemain-pemain terbaik berpaspor Indonesia. Tak peduli liganya sempat beroposisi dengan PSSI, mereka adalah produk terbaik sebuah kompetisi profesional. Maka, kembalikan pemain-pemain terbaik Indonesia dalam deretan pemain berkostum garuda yang membela panji merah-putih menuju Piala Dunia Brazil 2014.

Kalau tidak, jangan salahkan jika Turkmenistan bakal menjelma menjadi Hungaria baru bagi tim Indonesia abal-abal. Sekali main, langsung angkat koper…

Minggu, 20 Februari 2011

Supporter Indonesia, Bersatulah!

PSSI menodai noda fair play, sebuah slogan yang selalu dikampanyekan dalam bendera FIFA setiap pertandingan akan berlangsung.

Apa lagi yang harus dikatakan saat Ketua Komite Pemilihan Syarif Bastaman menggelar konferensi pers hasil verifikasi kandidat Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan Executive PSSI yang akan dipilih dalam Kongres PSSI 26 Maret mendatang?

Dari 4 calon Ketua Umum, Syarif Bastaman menyatakan hanya Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie yang layak lolos verifikasi, sementara Arifin Panigoro dan George Toisutta –yang dilambangkan sebagai simbol perlawanan terhadap status quo PSSI- dinyatakan tidak lolos pencalonan tanpa alasan jelas.

Pun kedua nama itu tak lolos sebagai kandidat Wakil Ketua Umum saat Syarif mengumumkan hasil kerja timnya di kantor PSSI, kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (19/2/2011) pukul 17.40 WIB.

Gagal lolosnya Arifin dan George sontak menimbulkan perlawanan. Dunia maya, twitter dan facebook, pun mengeluarkan makian terhadap kroni Nurdin yang dinilai menghalalkan cara demi mencapai kursi kepemimpinan seri ketiganya.

Skenario lain: Nurdin dianggap tidak berani tampil fair dalam duel head to head dua lawan dua (Nurdin bersama Nirwan melawan Arifin dan George) saat penghitungan suara Kongres Bali bulan depan. Maklum, kuat dugaan pasangan Arifin dan George mendapat dukungan dari KONI, Partai Demokrat, Menteri Pemuda dan Olahraga, serta bahkan Presiden sendiri.

Selama ini, pasal yang dinilai mengganjal George dan Arifin yakni keharusan minimal 5 tahun aktif di sepakbola nasional. Padahal, George ngotot selalu menjadi Pembina PSAD selama karir militernya. Sementara itu, Arifin tak asing dikenal sebagai penggagas Liga Medco, sebuah ajang pembinaan sepakbola dini mencari atlet bola berbakat.

Adapun Nurdin, santer diberitakan bakal terganjal karena tindak kriminal yang pernah dibuatnya. Namun, PSSI memelintir Statuta FIFA Dalam statuta fifa yang aslinya terulis "The members of the Executive Committee... must not have been previously found guilty of a criminal offence".

Namun di Statuta milik PSSI isinya berubah menjadi "Anggota Komite Eksekutif... harus tidak sedang dinyatakan bersalah atas suatu tindakan kriminal pada saat kongres serta berdomisili di wilayah Indonesia."

Syarif Bastaman, anggota DPR yang juga Ketua Badan Bantuan Hukum dan Advokasi DPP PDI Perjuangan menilai, dengan telah menjalani masa hukuman maka Nurdin kembali mendapat rehabilitasi dan hak sipilnya sama dengan orang biasa.

Okelah, Nurdin tetap bisa masuk sebagai kandidat ketua umum (lagi) dalam kongres mendatang, tapi mengapa harus menggugurkan dua pesaing kuatnya? Bukankah itu sikap licik tak mau bertarung secara fair play, sebuah slogan yang selalu dikampanyekan dalam bendera FIFA setiap pertandingan akan berlangsung?

Minggu dinihari, untuk sebuah tugas liputan, saya menulis catatan ini dari sebuah kamar hotel di Makassar. Inilah kampung tempat Nurdin Halid dibesarkan, yang saat ini tak sesolid dulu untuk mati-matian membela slogan sang puang, “Sekali Layar Terkembang, Surut Kita Berpantang”.

Cinta Makassar pada Nurdin bukanlah cinta buta. Mereka cukup sehat untuk tahu mana yang baik dan mana yang keji. Buktinya, PSM Makassar –ikon sepakbola Sulawesi yang dulu pernah dimanajeri Nurdin dan Kadir Halid- memutuskan keluar dari Liga Super ala PSSI dan pindah ke Liga Primer Indonesia bentukan Panigoro cs.

Karena “pengkhianatan” itu, PSSI pun mencoret keanggotaan PSM dan tak lagi punya hak suara dalam kongres nanti.

Malam ini, sebuah pesan masuk dalam inbox grup Facebook saya, “Mari kawan-kawan pecinta sepakbola nasional, suarakan tuntutan kita besok pagi. Mlm ini Ijin demonstrasi sudah turun dari Polda Metro Jaya.

Kumpul di Bundaran HI Jakarta pusat Minggu pagi 20 Feb 2011 Pukul 10.00Wib dress code Baju Timnas/atribut Klub kesayangan. Mohon sampaikan undangan ini melalui media dunia maya, tema aksi damai kita besok adalah "STOP SANDIWARA PSSI!!"

Membayangkan segala akal jahat dan kuatnya perjuangan insan sepakbola Indonesia, segera terngiang-ngiang teriakan penyair Wiji Thukul,

“Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!

Makassar, 20 Februari 2011